Sepak terjang mobil listrik Tesla di bawah kendali komando Elon Musk berhasil membawa iklim bisnis otomotif bergeser. Mobil tidak hanya bergantung pada bahan bakar, tapi mulai berbagi dengan sumber energi listrik sebagai penggerak utama kendaraan. Tesla juga mengembangkan banyak inovasi lain untuk mendukung revolusi bisnis dan industri yang dibuatnya.
Seperti menyediakan charging station atau sumber listrik untuk mengisi ulang baterai baik di rumah atau di area publik. Tesla juga memproduksi atap dan panel surya sebagai alternatif sumber listrik yang lebih hemat, menyediakan baterai pengganti dan berbagai aksesoris pendukung pengisian listrik lainnya.
Tidak hanya di luar negeri, eksistensi mobil listrik Tesla juga singgah di Indonesia. Kepastian masuknya Tesla juga berkat terbitnya Perpres yang memayungi aturan mengenai mobil listrik tahun 2019 lalu. Walau baru segelintir orang yang merasakan langsung teknologi canggihnya, Tesla melihat Indonesia menjadi market yang menjanjikan. Bahkan beberapa mobil Tesla seperti Model 3, Model S, Model X sudah mengaspal di jalanan ibukota. Bahkan konon seorang pesohor tanah air dikabarkan juga telah memesan Tesla Cybertruck yang berdesain out of the box.
Tidak sekedar memasarkan mobil produksinya, diberitakan produsen mobil yang bermarkas di Palo Alto, California, Amerika Serikat juga tertarik mendirikan pabriknya di Indonesia. Namun bukan pabrik perakitan, melainkan untuk produksi baterainya. Indonesia disebut memiliki sumber daya alam seperti nikel dan cobalt yang melimpah sebagai raw material untuk dijadikan bahan baku utama produksi baterai. Proses tersebut dikabarkan sedang dalam tahap penjajakan.
Melihat agresifitas Tesla dalam industri otomotif dan bidang teknologi lain, besar kemungkinan dalam waktu singkat Indonesia juga akan berubah menjadi basis dan pasar utama mobil listrik. Sehingga dituntut keseriusan pemerintah menyiapkan aturan dan sarana pendukung lainnya agar industri ini berjalan lancar.