Soleh Solihun merasa kisah masa kuliahnya di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad) biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa, menguras air mata atau amat menginspirasi siapapun.
Layaknya mahasiswa pada umumnya, dia sibuk kuliah, berkutat dalam kegiatan di kampusnya atau duduk nongkrong menghabiskan waktu bersama sohib-sohibnya.
Tapi, sekedar menengok kembali kala masih menyandang jaket almamater apalagi bisa menertawakan kesalahan juga kekonyolan saat itu mungkin tak ada salahnya.
Mungkin juga bisa sedikit membangkitkan memori sebagian Anda saat masih berstatus mahasiswa, saat bebas memanjangkan rambut bagi Anda yang pria misalnya.
Mahasiswa mana yang bahkan saat kegiatan ospek sempat-sempatnya bermimpi basah, kalau bukan Soleh. Sialnya, kejadian ini tercium seniornya dan jadi perkara yang tak pernah terbayangkan oleh Soleh sendiri.
Belum lagi kala melihat reaksi, Ros (diperankan Aurelie Moeremans), sang pujaan hati, sontak membuat hati Soleh ketar-ketir.
Ospek usai tak berarti kisah konyol Soleh berhenti. Ide membuat semacam bacaan untuk rekan-rekan di kampusnya, "Karung Goni" (Kabar, Ungkapan, Gosip dan Opini) awalnya memang lancar-lancar "seret".
Sebagian mahasiswa Fikom merasa majalah kampus kreasi Soleh dan teman-temannya seperti angin segar di tengah kerontangnya bacaan menarik di kampus.
Namun, mendadak ini menjadi buah simalakama buat Soleh dan gengnya, Lukman (Boris Bokir), Masyel (Adjisdoaibu), Eko (Awwe), Fey (Anggika Bolsterli) dan Syarif (Ricky Watimena).
Soleh yang bertindak sebagai pemimpin redaksi Karung Goni bahkan harus berhadapan dengan dewan etik kampus. Duo dara yang mengaku kembar, Risma (Poppy Sovia) dan Dinda (Aci Resti) bersama seorang dosen bernama Alam (Surya Saputra) juga ikut terseret.
Adakah buntut mengerikan dari masalah ini? Lalu, akankah Soleh mampu merebut hati Ros, yang ternyata juga seorang Slankers seperti dirinya?
Kecintaan pada Fikom Unpad
Soleh sejak awal memang ingin menggunakan nama Unpad dalam film karyanya bersama sutradara Monty Tiwa ini. Menurut dia, selama ini belum ada film yang benar-benar menyebutkan spesifik nama salah satu kampus di kawasan Jatinangor itu.
"Meskipun ada yang berlokasi di sana, tapi tak terang-terangan disebut Universitas Padjadjaran. Sedangkan nama kampus lain macam Universitas Gajah Mada atau Universitas Indonesia, sudah pernah ada," kata Soleh.
Kecintaan Soleh pada kampus juga menjadi salah satu alasan kuatnya mewujudkan keinginannya itu. Kata dia, "Kalau dada saya dibelah, ada tulisan FIKOM UNPAD di situ. Tertulis dengan huruf kapital semua dan dicetak tebal".
"Tapi jujur, setelah belasan tahun lulus, saya jadi tak terlalu peduli kampus. Hidup harus berjalan dan tak perlu memikirkan masa lalu. Dan kini saya tersadar, saya masih cinta Fikom Unpad," kata Soleh.
Soleh menjadi mahasiswa Unpad 1997 hingga tahun 2000-an. Setelah rentang itu hingga kini, sudah ada perubahan yang terjadi dari sisi struktur bangunan dan berbagai hal lainnya.
Untuk mendukung kisah yang terjadi di masa itu, dia dan tim menggunakan sebagian gedung dan wilayah kampus yang masih sama atau setidaknya tak begitu kentara berubah.
Koridor-koridor di Fikom yang masih bertahan sejak masa lalu, jembatan Cincin beserta pemandangan mengarah ke Gunung Geulis tersaji, mungkin bisa sekalian mengingatkan Anda yang pernah menjadi mahasiswa di sana.
Memang, tak semua kisah Soleh semasa kuliah bisa dihadirkan dalam film berdurasi hampir dua jam itu.
"Tak semua kisah saya selama di Fikom diceritakan di sini. Artinya tak semua orang bakal masuk cerita. Bahkan, teman-teman dekat saya saja tak semuanya diceritakan di sini," tutur Soleh.
Bagi Anda yang sebelumnya pernah membaca novel karya Soleh yang berjudul sama dengan film dan terbit pada September lalu pasti tahu bagian mana yang tak ada dan dilebih-lebihkan. Soleh mengakui, berbeda dari apa yang dia tulis di novel, kisah dalam film disebut "kurang lebih".
Lebih dari itu, sang punya cerita ingin membagikan satu hal yang bisa saja juga dialami penonton, soal pencarian jati diri. "Mau Jadi Apa?".
Film ini akan tayang di bioskop tanah air pada 30 November 2017.
copyright © antara 2017